Pendidikan karakter


PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Oleh: Alya Rosalina

Pendahuluan

Globalisasi telah membawa dampak luas di belahan bumi manapun, tak terkecuali di Indonesia. Dampak dari kondisi ini ada yang positif ada juga yang negatif. Dampak yang negatif tersebut diantaranya berbagai fenomena di lembaga pendidikan formal, melakukan kekerasan, pemaksaan, menganiaya teman sekolahnya, pelecehan seksual dan lain sebagainya hampir terjadi setiap hari menghiasi media cetak maupun media elektronik dengan disertai tindakan anarkis, destruktif, dan bahkan kadang memakan korban jiwa.

Bangsa Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk di sekolah harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Sepanjang sejarahnya, di seluruh dunia ini, pendidikan pada hakekatnya memiliki dua tujuan, yaitu membantu manusia untuk menjadi cerdas dan pintar (smart), dan membantu mereka menjadi manusia yang baik (good).

Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Urgensi Pendidikan Karakter

Seiring dengan arus globalisasi yang telah masuk dalam seluruh relung kehidupan, banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pembangunan karakter dirasa segera untuk dikaji di implementasikan di pendidikan formal (sekolah). Kata urgen dimaknai sebagai sebuah kemendesakkan. Mendesak artinya segera untuk diatasi, segera dilaksanakan, dan jika tidak akan ada potensi yang membahayakan.

Perlunya pendidikan karakter mendesak untuk dilaksanakan adalah adanya gejala - gejala yang menandakan tergerusnya karakter bangsa. Fenomena rusaknya karakter akan semakin cepat ketika mayarakat pengguna teknologi tidak memahami filosofi teknologi sehingga salah dalam memanfaatkan dan memandang nilai fungsi teknologi. Sebagai contohnya, fungsi HP yang mestinya untuk komunikasi dan menyimpan data penting banyak oleh masyarakat digunakan untuk dokumentasi hal-hal yang privat.

Dampak dari merosotnya karakter, secara individu jelas, seseorang yang melakukan salah satu tindakan yang berpotensi bermasalah dengan hukum, terlibat dalam kekerasan, hilangnya percaya diri, dan menjadi individu yang tidak jelas, tidak memiliki karakter.

Hakekat Pendidikan Karakter

Dalam kajian pendidikan dikenal sejumlah ranah pendidikan, seperti pendidikan intelek, pendidikan keterampilan, pendidikan sikap, dan pendidikan karakter (watak). Jika ditilik dari pengalaman sejarah bangsa, pendidikan karakter sesungguhnya bukan hal baru dalam tradisi pendidikan di Indonesia. Beberapa pendidik Indonesia modern seperti R.A. Kartini, Ki Hajar Dewantara, kemandirian nasional (National and character building) Soekarno, Hatta, Moh. Natsir dan lain sebagainya, telah mencoba menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai pembentuk kepribadian dan identitas bangsa sesuai dengan konteks dan situasi yang mereka alami.

Nilai-nilai dalam pendidikan karakter 

Kementerian Pendidikan Nasional telah merumuskan 18 Nilai Karakter yang akan ditamamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun karakter bangsa. Berikut akan dipaparkan mengenai 18 Nilai Dalam Pendidikan Karakter Versi Kemendiknas 5 diantaranya: a) Religius. Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. b) Jujur.Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. c) Toleransi. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. d) Disiplin. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. e) Kerja Keras. Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

Kebijakan dan grand design pendidikan karakter

Karakter seseorang tidak terlepas dari pendidikan dan pola asuh orang tua di rumah. Karakter seseorang dibentuk dari apa yang dipelajarinya di sekolah, dalam keluarga di rumah, dan di masyarakat. Ketiga wilayah tersebut merupakan sebuah sistem. Seseorang siswa tidak akan memiliki karakter yang baik jika salah satu dari tempat beraktualisasinya bermasalah. Sekolah yang kondusif dalam penyemaian pendidikan karakter tidak akan efektif membentuk karakter siswa jika situasi rumah tidak kondusif dan terjadi chaos moral Masyarakat. Seseorang yang berasal dari keluarga yang baik berpotensi rusak karakternya jika lingkungan sekolah kacau dan teman bergaul salah, begitu juga dengan kondisi yang lain yang tidak saling bersinergi dalam penyemaian karakter anak.

Srtategi Pendidikan karakter di sekolah

Kualitas pembelajaran menjadi kunci dalam peningkatan sumber daya manusia.Pembelajaran yang berkualitas merupakan pembelajaran yang terencana dan sengaja diciptakan, bukan belajar yang terjadi secara incidental.

Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Lingkungan belajar belajar merupaka suatu sistem yang terdiri dari komponen atau unsur: “tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru.

Kesimpulan

Upaya mewujudkan peradaban bangsa melalui Pendidikan karakter bangsa tidak pernah terlepas dari lingkungan Pendidikan yang baik, sekolah dan Masyarakat. Model implementasi penguatan pendidikan karakter: model otonomi, integrasi, ekstrakurikuler, dan kolaborasi. Implementasi penguatan pendidikan karakter, yaitu: keteladanan, pembelajaran di kelas, pengintegrasian dengan semua materi pelajaran, pengintegrasian dalam kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler, pemberdayaan dan pembudayaan, dan penguatan. Guru memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di Sekolah